Dibalik Letusan Merapi 2010 | ||||
![]() | ||||
Penulis | : | Lujianto , Yusdani , Imam Samroni | ||
Penerbit | : | PSI UII – DPPM UII – Kaukaba, Yogyakarta | ||
Cetakan | : | Mei, 2011 | ||
Tebal | : | 180 Halaman | ||
Ukuran | : | - | ||
Langsung Menuju : Kondisi dan Harga | Kilas Buku | Beli Buku Ini |
| ||||
Pengantar | : | - | ||
ISBN | : | - | ||
Kondisi | : | Buku Baru, Bersegel | ||
Stok | : | Cukup | ||
Harga Lama | : | Rp.00,000,- / eks | ||
Harga Baru | : | Rp 00.000,- / eks (harga diskon) | ||
Langsung Menuju : Data Buku | Kilas Buku | Beli Buku Ini |
| ||||
Letusan Gunung Merapi telah menjadi trauma akut bagi Masyarakat Yogyakarta, terutama warga yang berada di dekat Lereng Gunung Merapi. Pasalnya gunung merapi tidak hanya melahat harta benda tetapi nyawapun ikut melayang. Berkenaan dengan itu dalam mensikapi letusan gunung merapi warga lebih memilih sikap dan tindakan yang bersumber dari pemerintah. Mereka lebih memilih informasi yang falid dari pemerintah dan pengamat fakta merapi yang bekerja di lapangan. Hal ini dipicu oleh ketidakoptimalan pemerintah desa atau aparatur desa dalam melayani kepentingan dan kesejahteraan warga. Banyak warga mempertanyakan peran aparatur desa dalam melaksanakan tatakelola pasca letusan gunung merapi. Hal ini karena banyak peran aparatur desa yang digantikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tapelak pertanyaan warga ini semakin mengemuka ketika pemerintah desa tidak bisa secara oktimal menjawab permasalahan warga terutama menyangkut hajat orang banyak. Permasalahan yang paling mengemuka pasca letusan merapi itu adalah penyelesaian pertanian, peternakan, serta sarana dan prasarana umum. Terlepas dari polemik itu, masyarakat yang berada di lereng Gunung Merapi, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan sering kali menggunakan dan mempertimbangkan pencerapan pribadi, yang dalam hal ini merujuk pada mimpi atau petanda lainnya. Ini artinya konvergensi pengetahuan dan tatanilai yang didominasi teknologi tidak sepenuhnya berlangsung. Dengan mempertimbangkan manajemen pengetahuan (knowledge management), sikap dan tindakan warga tetap merujuk pada sumber-sumber pengetahuan yang tak terstruktur. Hal ini membutuhkan kajian tentang transformasi sosial dari sejumlah kearifan lokal sebagaimana terselenggara dalam ritual warga. Buku berjudul “Studi Konvergensi dan Divergensi Pengetahuan dan Tatanilai Warga Desa Girikerto Kecamatan Turi Sleman Terhadap Gunung Merapi Pasca-Letusan 2010” ini merekam hiruk-pikuk prahara Gunung Merapi. Warga lereng Merapi memiliki nilai dan tata aturan konvensional yang dipakai sebagai parameter untuk “menjinakkan” kemarahan Merapi. Diangkat dari riset mendalam, buku ini menyuguhkan serangkain informasi yang patut diapresiasi. | ||||
Langsung Menuju : Data Buku | Kondisi dan Harga | Beli Buku Ini |
| ||||
Ada beberapa pilihan cara untuk membeli atau memesan buku ini. Silahkan Anda pilih dengan terlebih dahulu menuju halaman ini (klik untuk membukanya). Anda juga bisa langsung menghubungi kami via SMS, Yahoo Messenger (YM), atau melengkapi formulir pembelian berikut ini.
| ||||
Langsung Menuju : Data Buku | Kondisi dan Harga | Kilas Buku |
0 komentar